
Kalau kata orang zaman dahulu, GURU itu di Gugu lan ditiru (guru adalah orang yang dihormati dan ditiru). Menjadi guru adalah pekerjaan mulia. Bahkan dikatakan guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Mungkin bagi saya yang berprofesi sebagai Manajer Hotel sudah biasa berhadapan dengan orang-orang dewasa. Berhadapan dengan anak kecil dengan jumlah yang sedikit, anggap saja main sama keponakan. Tapi berhadap dengan anak kecil sejumlah 40 anak dalam satu kelas. Rasanya nano-nano dan campur aduk. Ini saya alami ketika mengikuti Kelas Inspirasi Malang 1 tahun 2013, di mana saya berkesempatan berbagi inspirasi bersama anak-anak SD di SDN Kidangbang 1 Wajak. Pengalaman yang luar biasa, di mana ketika pulang suara saya serak karena harus teriak teriak mengendalikan kelas. Apalagi kelas yang saya pegang adalah kelas 3 SD. Para guru disana mengatakan, murid yang paling ramai memang kelas 3.
Ada yang joget di atas bangku, ada yang usil sama teman-teman yang lain. Tantangan terbesar adalah bagaimana membuat anak-anak terfokus dengan apa yang saya lakukan dan yang saya ingin bagi. Akhirnya dengan game mereka mau terfokus pada saya. Padahal sebelumnya mereka berebut ke depan mengambil hadiah yang saya bawa sambil mendorong-dorong temannya. Untungnya rekan fasil dengan sigap membantu saya menenangkan keramaian di dalam kelas. Sungguh pengalaman yang sangat berharga.

Melihat pengalaman saya sebagai relawan pengajar di Kelas Inspirasi ini. Saya menaruh hormat yang setinggi-tingginya kepada bapak ibu guru. Kesabaran mereka, ketelatenan mereka, dan sikap pantang menyerah mereka dalam mendidik para penerus bangsa ini. Terima kasih Kelas Inspirasi Malang atas kesempatannya berbagi Inspirasi bersama anak-anak SD.
“Anak Indonesia, berani lah bermimpi. Seliar apapun mimpimu, pasti akan menjadi kenyataan jika kalian berusaha. Mulai kapan berusaha, mulai sekarang!!!” –Rahma Amalia.